Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa proyeksi bisnis tekstil 2022 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Seperti yang diketahui, bahwa di tahun 2020 hingga 2021, industri tekstil banyak mengalami kemunduran. Namun, di tahun 2022 ini bisnis dan industri tekstil tumbuh hingga lebih dari 10%. Benarkah begitu? Untuk lebih meyakinkan, simak penjelasan atas dasar dari perkiraan tersebut berikut ini:
1. Pemberlakuan PSBB yang Berkurang
Pada tahun 2020-2021 banyak dari daerah di Indonesia yang diberlakukan PSBB untuk mengurangi resiko penyebaran virus Covid-19. Namun, di tahun 2022 sepertinya PSBB diberlakukan hanya pada kota-kota besar saja. Hal ini didasarkan pada jumlah harian kasus positif Covid-19 terus mengalami penurunan.
Dengan penerapan PSBB yang hanya pada beberapa kota saja, maka sebagian ekonomi masyarakat akan ikut membaik daripada sebelumnya. Dan ijin buka toko, mall, ataupun pasar juga mulai diberikan kelonggaran. Hanya saja, masyarakat masih harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Dengan begitu, masyarakat akan mudah melakukan belanja pakaian secara langsung tanpa harus dibatasi.
2. Jalur Impor Tekstil yang Terkendala
Sebelumnya banyak masyarakat Indonesia yang senang membeli bahan-bahan pakaian dari luar negeri. Padahal, jika diperhatikan lebih dalam tidak ada perbedaan yang signifikan antara barang luar negeri maupun dalam negeri. Namun, saat ini jalur impor sedang mengalami banyak kendala.
Hal ini dikarenakan terjadinya kelangkaan pada kontainer. Selain itu, jalur impor melalui laut pun masih ada beberapa titik yang belum dibuka. Dengan adanya beberapa kendala tersebut, akan membuat masyarakat akan berpindah haluan pada produk tekstil dalam negeri. Sehingga, proyeksi bisnis tekstil 2022 diprediksi akan membaik dan menaik tajam di tahun tersebut.
3. Perayaan Hari-Hari Besar yang Mulai Dilonggarkan
Seiring dengan penurunan angka harian pasien positif, terdapat kemungkinan besar bahwa perayaan hari-hari besar keagamaan akan mulai dilonggarkan. Seperti perayaan hari raya Idul Fitri. Dengan adanya pelonggaran tersebut, banyak dari masyarakat yang akan melakukan berbagai persiapan lebaran, seperti beli baju baru.
Ditambah lagi, banyak dari masyarakat yang sudah merasa jenuh dengan tidak bertemu keluarga selama hampir 2 tahun. Selain itu, banyak dari tempat wisata yang dibuka, tentu mereka berasumsi bahwa virus tersebut sudah berangsur menghilang. Sehingga, mereka bisa berkumpul dengan keluarga besar yang lainnya lagi.
4. Kebiasaan Belanja Online Pada Masyarakat
Selama adanya peraturan PSBB hampir di seluruh wilayah di Indonesia telah menyebabkan gaya konsumtif masyarakat berpindah. Yang awalnya banyak yang berbelanja offline, kini mulai senang dengan berbelanja online. Karena dengan berbelanja secara online, masyarakat tidak perlu keluar dari rumah dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.
Dengan adanya banyak promo untuk produk-produk tertentu dan voucher gratis ongkir, membuat masyarakat lebih betah untuk berbelanja secara online. Dengan begitu, banyak dari penjual baju/pakaian yang mulai merambah berjualan versi digital yang pasarnya lebih luas. Sehingga, banyak dari penjual tersebut yang lebih sukses saat berjualan online daripada offline.
5. Banyak UMKM Tekstil yang Mulai Tumbuh
Dengan adanya gaya konsumtif masyarakat yang senang berbelanja online, secara tidak langsung menyebabkan lahirnya industri tekstil/pakaian rumahan. Karena pemasarannya yang mudah dan jangkauannya yang luas, menyebabkan para pemilik industri ini lebih memilih pasar online daripada offline.
Para pemilik industri tersebut hanya perlu mengeluarkan ide-ide desain baju yang unik dan berbeda dari yang lain. Kemudian, diambil gambarnya secara menarik dan diunggah ke media sosial. Cukup simple untuk dilakukan oleh UMKM kecil yang baru merintis usaha di bidang tekstil. Karena sudah tidak perlu menyiapkan tempat khusus untuk memajang produknya agar dikenal orang.
Dengan adanya berbagai penyebab diatas, tentu proyeksi bisnis tekstil 2022 diyakini akan menaik tajam melebihi angka 10%. Sehingga, banyak industri besar maupun kecil di bidang tekstil ini yang memerlukan banyak pegawai dalam proses produksinya. Yang nantinya dapat mengurangi jumlah usia produktif yang menganggur.